Sunday, August 27, 2006

TPA Keen Kids Kuningan

Lokasi:
Komplek Gd. Olahraga Sumantri Sumarjoeno
(Pasar Festival Kuningan)

Jam Buka:
Senin s/d Jumat
07.45 s/d 18.30

Biaya:
Biaya Pendaftaran: 1.500.000
Bulanan: 1.400.000 / bulan (3 bulan-17bulan)
1.205.000 /bulan (18 bulan - 5 tahun)
Overtime: 15.000 / 15 menit

Syarat Administrasi:
Fotokopi KTP
Fotokopi Akte Anak
Foto Anak ukuran besar
Fotokopi Kartu Keluarga

Usia Anak yang diterima:
3 bulan - 5 tahun

Fasilitas:
Tempat tidur, Tempat bermain indoor dan Outdoor, Kamar Mandi, Dapur, Ruang Makan, Ruang Perpustakaan.

Menu Makanan:
Anak mendapatkan
makan pagi, makan siang, dan makan sore.
Untuk anak-anak dibawah 1 tahun dan yang masih makan nasi tim
diharap membawa makanan sendiri.

Toilet Training:
Ada toilet training

Sistem yang dipakai:
Group Routine

Barang Pribadi yang dibawa:
Perlengkapan baju dan celana,
susu dan botol susu,
handuk+sabun mandi+sikat gigi

Pengalaman disana:
Aku bawa athallah kesana karena dia sedang sakit, mbaknya atala juga sakit dan ngungsi ke tangerang (tempat saudaranya), padahal aku sedang deadline dikantor dan ga bisa ditinggal. Akhirnya aku pilih keen kids, karena kudengar disana ada Ruang Isolasi untuk anak sakit (dan nerima anak sakit --TPA lain biasanya tidak menerima). Faktor lain aku memilih keen kids, karena Athallah yang doyan makan itu mogok makan --mgkn karena ga enak badan--, jadi aku pikir, akan lebih aman kalo di keen kids. Disana ternyata Athallah memang makan dan minum obatnya terjamin.

HASIL REVIEW:
Menurutku, kekurangan di keen kids kuningan adalah tempatnya yang kecil (mungkin sebagian orang akan menilai harga yg dipatok jadi terlalu mahal), dan lokasinya yang berdekatan dengan aktivitas dewasa. Tapi disana anak-anak yang dititipkan mengikuti 3 aktivitas bersama (pagi-siang-sore), sehingga ada kegiatan. Pengasuhan juga cukup terjamin, dengan menu makanan yang oke.

TIPS:

Wednesday, August 02, 2006

Preparing you and your child for childcare

Tuesday, August 01, 2006

Pengertian Tempat Penitipan Anak

Sumber: Buku "Pendidikan Anak Prasekolah" oleh DR. Soemiarti Patmonodewo, hal. 77-78

Daycare adalah sarana pengasuhan anak dalam kelompok, biasanya dilaksanakan pada saat jam kerja. daycare merupakan upaya yang terorganisasi untuk mengasuh anak-anak di luar rumah mereka selama beberapa jam dalam satu hari bilamana asuhan orang tua kurang dapat dilaksanakan secara lengkap. dalam hal ini, pengertian daycare hanya sebagai pelengkap terhadap asuhan orang tua dan bukan sebgai pengganti asuhan orangtua (Perserikatan Bangsa-bangsa, 1990).

sarana penitipan anak ini biasanya dirancang secara khusus baik program, staf, maupun pengadaan alat-alatnya. Tujuan sarana ini untuk membantu dalam hal pengasuhan anak-anak yang ibunya bekerja. Semula sarana penitipan anak diperuntukkan bagi ibu dari kalangan keluarga kurang beruntung, sedangkan sekarang sarana ini lebih banyak diminati oleh keluarga tingkat menengah dan atas yang umumnya disebabkan kedua orangtuanya bekerja.

Dari hasil rapat koordinasi "usaha kesejahteraan anak" departemen sosial Republik Indonesia, dikemukakan pengertian Tempat Penitipan Anak (TPA) sebagai berikut:

Lembaga sosial yang memberikan pelayanan kepada anak-anak balita yang dikuatirkan akan mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, karena ditinggalkan orang tua atau ibunya bekerja. Pelayanan ini diberikan dalam bentuk peningkatan gizi, pengembangan intelektual, emosional dan sosial.

Pada kenyataannya dari lapangan ada beberapa alasan daripada ibu yang menyerahkan anaknya kepada TPA, antara lain:
* Kebutuhan untuk melepaskan diri sejenak dari tanggung jawab dalam hal mengasuh anak secara rutin.
* Keinginan untuk menyediakan kesempatan bagi anak untuk berinteraksi dengan teman seusianya dan tokoh pengasuh lain.
* Agar anak mendapat stimulasi kognitif secara baik.
* Agar anak mendapat pengasuhan pengganti sementara ibu bekerja.

Menurut Newman & Newman (1975) Keuntungan TPA, adalah:
* Lingkungan lebih memberikan rangsangan terhadap panca indera.
* Anak-anak akan memiliki ruang bermain (baik di dalam maupun diluar ruang) yang relatif lebih luas bila dibandingkan ruang mereka sendiri.
* Anak-anak lebih memiliki kesempatan berinteraksi atau berhubungan dengan teman sebaya yang akan membantu perkembangan kerja sama dan ketrampilan berbahasa.
* Para orang tua dari anak-anak mempunyai kesempatan saling berinteraksi dengan staf TPA yang memungkinkan terjadi peningkatan ketrampilan dan pengetahuan dan tata cara pengasuhan anak.
* Anak akan mendapat pengawasan dari pengasuh yang bertugas.
* Pengasuh adalah orang dewasa yang sudah terlatih.
* Tersedianya beragam peralatan rumah tangga, alat permainan, program pendidikan dan pengasuh serta kegiatan yang terencana.
* Tersedianya komponen pendidikan seperti anak belajar mandiri, berteman dan mendapat kesempatan mempelajari berbagai ketrampilan.

Adapun Papousek (1970) dan Newman & Newman (1975) mengemukakan bahwa kelemahan TPA adalah sebagai berikut:
* Pengasuhan yang rutin di TPA kurang bervariasi dan sifatnya kurang memperhatikan pemenuhan kebutuhan masing-masing anak secara pribadi karena pengasuh kurang memiliki waktu yang cukup.
* Anak-anak ternyata seringkali kurang memperoleh kesempatan untuk mandiri atau berpisah dari kelompok.
* Sosialisasi lebih mengarah pada kepatuhan daripada otonomi
* Para orang tua cenderung melepaskan tanggung jawab mereka sebagai pengasuh kepada TPA.
* Kurang diperhatikan kebutuhan anak secara individual.
* Berganti-gantinya pengasuh yang seringkali menimbulkan kesulitan pada anak untuk menyesuaikan diri dengan pengasuh.
* Anak mudah tertular penyakit dari orang lain.

Bisnis Daycare

Sumber:
http://www.dunia-wirausaha.com/2005/10/bisnis-daycare.html

Bisnis Daycare
Saat ini cukup banyak daycare yang bermunculan di Jakarta dan kota-kota besar di Indonesia. Apabila ditelaah lebih jauh, sepertinya ini bisa menjadi salah satu celah bisnis yang dapat dikembangkan. Namun sebelumnya, ada baiknya anda menyimak diskusi Milis Dunia Wirausaha beberapa waktu yang lalu saat membahas tentang latar belakang dan kemungkinan pengembangan daycare center di Indonesia. Secara umum, tentu anda setuju bahwa sebetulnya bukan 'budaya' orang Indonesia untuk menitipkan anak di daycare, kita lebih merasa 'aman' bila anak-anak dijaga anggota keluarga atau pembantu/baby sitter dirumah. Namun, bila diperhatikan ternyata kebutuhan akan daycare pun semakin meningkat. Daycare yang saat ini berkembang adalah yang umumnya berada di daerah yang ekonomi kuat seperti Kemang, Kebayoran Baru, Kelapa Gading, Sunter dimana hampir sebagin besar mengarah pada pre school yang notabene adalah Play Group dengan harga yang relatif mahal. Sedangkan untuk daerah ekonomi yang sedang, marketnya sepertinya masih kurang bagus alias belum banyak yang berhasil. Ada beberapa alasan orang tua menitipkan anak pada sebuah Daycare:

-Anda tidak dapat berada di lingkungan anak anda selama satu hari penuh karena alasan pekerjaan. Dilema ini umumnya dialami pada Ibu bekerja walaupun bukan berarti tidak ada Bapak-bapak yang masuk dalm kategori ini.

-Dapat menghemat pembelian mainan-mainan yang diperlukan bila si anak sendirian di rumah. Mengurangi berkunjung ke tempat Playground dimana rata-rata adalah Rp. 30.000 per kunjungan.

-Baby Sitter umumnya bukan seorang educator atau seseorang yang mampu untuk menjadi teman yang kreatif, dinamis dan penuh kasih sayang.(ini secara general tentunya)

Mungkinkah daycare memasyarakat dikalangan menengah kebawah? Beberapa masukan dan usulan dari anggota Milis Dunia Wirausaha yang mungkin sedikit idealis namun bisa memberikan gambaran daycare yang diinginkan para orang tua:

- Adanya pembagian daycare yang jam-jaman atau yang member.
-Yang member mungkin dibutuhkan ibu-ibu yang bekerja full time.
-Yang jam-jaman mungkin dibutuhkan bagi ibu-ibu yang punya keperluan pergi keluar rumah tapi tidak bisa membawa si kecil atau mungkin lebih tepat disebut tempat penitipan anak? Hal inilah yang dilakukan salah seorang anggota milis yang membuka daycare di areal toko grosir yg cukup besar di Meruya.

Jadi daycare ini umumnya menerima penitipan anak saat orang tuanya berbelanja. Daycare yang tanpa fasilitas tapi tetap 'maju'? Mengapa tidak? Bisnis ini adalah bisnis kepercayaan. Salah seorang anggota milis menceritakan bahwa disekitar lingkungan rumahnya, ada seorang tukang bakso yang membuat day care dirumahnya.Kira-kira ada 10 orang anak yang dititpkan, padahal hanya tersedia dua ruangan berukuran 3x4 m, yang satu untuk tidur yang satunya lagi untuk bermain dan makan. Biayanya? Hanya Rp 10,000 per hari tanpa ada batasan harus diambil jam berapa. Makan disediakan oleh orang tua.Walaupun demikian, pemilik daycare haruslah memperhatikan beberapa hal berikut:
-Apa dan siapa keluarga yang bisa dihubungi kalau terjadi apa-apa dengan si anak.
-Apabila si anak notabene sakit waktu hendak dititipkan, apakah sebaiknya pihak daycare dengan tegas menolaknya?
-Bagaimana bila anak sedang dititipkan di daycare jatuh sakit?
-Siapa yang menyediakan makanan dan minuman si anak?
-Masalah kebersihan baik mainan, ruangan, kamar kecil dan lain sebagiannya haruslah jadi salah satu pertimbangan utama pengelola daycare.

Kelebihan daycare yang bisa ditawarkan antara lain:
-Adanya education mission, dimana anak-anak hanya diberikan permainan/games yang interaktif dan edukatif, misalnya dengan aneka permainan tradisional jaman dulu.
-Belajar bahasa Inggris sederhana.
-Pegawai yang benar-benar mencintai dan concern dengan dunia bermain sambil belajar sang anak.